A. Latar
Belakang Masalah
Islam adalah syari’at Allah yang diturunkan kepada umat manusia agar
mereka beribadah kepada-Nya di muka bumi. Pelaksanaan syari’at ini menuntut
adanya pendidikan manusia, sehingga dia pantas untuk memikul amanat dan
menjalankan kholifah.
Dengan demikian dunia pendidikan Islam harus secara terus menerus
melakukan perbaikan-perbaikan, baik secara konseptual maupun praktis dalam
rangka memberikan bimbingan kepada umat manusia agar memahami tujuan diciptakan
manusia di atas dunia ini. Beribadah kepada Allah inilah yang menjadi tujuan
utamanya proses pendidikan secara Islami.
Berbagai pemikir muslim membicarakan dan merancang tentang bagaimana
praktik pendidikan Islam modern yang bisa diterapkan sesuai dengan perkembangan
jaman, karena pada hakekatnya pendidikanlah yang mengantarkan manusia menuju
kepada kesempurnaan.
Aktifitas Pendidikan menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Touny al
Syaebani, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam
sekitarnya melalui proses kependidikan.
Syariat Islam hanya dapat
dilaksanakan dengan mendidik diri generasi dan masyarakat supaya beriman dan
tunduk kepada Allah semata serta selalu mengingat-Nya. Oleh sebab itu,
pendidikan Islam menjadi kewajiban orang tua dan guru di samping menjadi amanat
yang harus dipikul oleh satu generasi untuk disampaikan kepada generasi
berikutnya.
Didalam Al Quran surat
Ad Dzariyat ayat 56 Allah berfirman :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$#
}§RM}$#ur wÎ)
Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Dari ayat diatas kita faham bahwa manusia dengan segala jenisnya, ras,
suku, bangsa, laki-laki dan perempuan, adalah sama dalam kewajibannya di
hadapan Allah swt. yaitu menyembah kepada-Nya.
Dalam realitas sosial yang kita lihat, ada diantara hamba Allah yang
dalam penciptaannya kurang sempurna, misalnya cacat tangan, cacat pendengaran,
cacat penglihatan, dan kekurang sempurnaan yang lainnya. Semua itu tidak
mengurangi kewajibannya untuk bersama-sama dengan yang sempurna dalam
penciptaannya untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah swt.
Di dalam Alquran tidak satupun ayat yang memberikan dispensasi kepada
orang yang dalam penciptaannya kurang sempurna untuk tidak beribadah, melainkan
semuanya harus berusaha dan berlomba-lomba dalam kebaikan, tentunya sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Dan
orang yang paling sempurna dalam pandangan Allah swt. adalah orang yang paling
bertaqwa kepada Allah. Mungkin saja terjadi, bahwa orang yang buta lebih tekun
berjama’ah ke masjid untuk melaksanakan shalat fardlu, sementara orang yang
sempurna bermalas-malasan dengan menonton televisi walaupun sudah terdengar
adzan, bahkan sampai terdengar panggilan iqomah pun ia masih saja belum
beranjak dari tempat duduknya.
Bisa jadi orang yang kurang
sempurna penciptaannya pada indra penglihatannya telah hafal Al Quran 30 juz,
sementara kita yang melek dengan sempurna tidak hafal, kecuali surat-surat
pendek saja.
Lebih khusus lagi kita melihat
kenyataan bahwa dengan keberadaan Sekolah Luar Biasa yang ada di Jl. A. Yani
6-8 surabaya yang di dalamnya menampung anak-anak atau orang-orang yang kurang
sempurna dalam penciptaan fisiknya, mereka mempunyai semangat belajar yang
cukup tinggi, baik belajar pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Mereka
semua, khususnya yang beragama Islam juga harus diberi bekal ilmu agama yang
cukup agar bisa mengantarkan mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia lebih-lebih
kebahagiaan akhirat.
Oleh karena itu pendidikan Islam
harus bisa mengantarkan mereka menuju kepada tujuan penciptaannya dengan
sukses, yaitu bisa beribadah kepada Allah swt. dengan semaksimal mungkin.
B. Identifikasi dan Perumusan masalah
Dari keberadaan Sekolah Luar
Biasa yang melaksanakan proses belajar mengajar kepada siswa-siswi yang dalam
penciptaannya kurang sempurna itu, peneliti ingin mengetahui lebih detil lagi
hal-hal berikut, yang sekaligus peneliti jadikan permasalahan dalam penelitian ini.
Dari paparan diatas kiranya
yang perlu peneliti ketahui dan dijadikan permasalahan, selanjutnya untuk
dicarikan solusinya adalah ;
1. Bagaimana proses pencarian
ilmu agamanya atau PBM bidang studi Agama Islam ?
2. Bagimana ketaatan agamanya ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian
yang peneliti lakukan ini mempunyai tujuan sebagai berikut ;
1. Mengetahui proses PBM pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan
pada Sekolah Luar Biasa yang beralamat di Jl. A. Yani 6-8 surabaya.
2. Mengetahui tingkat keagamaan
siswa SLB Jl. A. Yani 6-8 surabaya
Adapun kegunaan dari
penelitian ini diharapkan ;
1. Menambah khazanah pustaka
pendidikan, khususnya proses PBM bidang studi Agama Islam pada SLB Jl. A. Yani
6-8 surabaya.
2. Membantu atau memberikan alternatif-alternatif
dalam peningkatan PBM bidang studi Agama Islam pada SLB Jl. A. Yani 6-8 surabaya.
3. Menjadi bahan awal bagi
kajian-kajian yang semisal dikemudian hari.
D. Study
Pustaka
Dalam study pustaka ini kami
cantumkan pendapat Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed. dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam sebagai berikut ;
Kemampuan belajar manusia
sangat berkaitan dengan kemampuan manusia untuk mengetahui dan mengenal
objek-objek pengamatan melalui pancaindranya.
Membahas kemampuan mengetahui
dan mengenal, tidak dapat terlepas dari filsafat dalam bidang epistimologi.
Karena filsafat ini menunjukkan kepada kita betapa dan sejauh mana manusia
dapat mengetahui atau mengenal objek-objek pengamatan di sekitarnya. Apa
pengetahuan itu, cara mengetahui dan memperoleh pengetahaan, serta berbagai jenis
pengalaman indrawi.
Pengetahuan manusia terbentuk
karena adanya realita sebagai objek pengamatan indra. Pembahasan filsafat dalam
berbagai aliran adalah pertanyaan apakah realita itu merupakan suatu kebenaran
hakiki atau hanya refleksi dari kebenaran tensebut.
Filsafat yang beraliran
idealisme memandang bahwa realita itu bukan hakikat kebenaran yang ditangkap
oleh pancaindra manusia. Ia hanyalah merupakan gambaran (refleksi) dan
kebenaran yang hakiki yang berada di dalam alam “ide”. Realita yang berupa
benda yang ada di alam nyata ini adalah totalitas (keseluruhan) yang tersusun
secara logis dan bersifat spiritual. Realita seperti yang ditangkap oleh indra
manusia telah ditentukan sebelumnya dalam alam “ide” itu.
Paham idealisme yang murni
seperti tersebut di atas tercetus dan pikiran-pikiran ahli filsafat kuno di
Yunani, antara lain Plato, yang di kemudian hari mengalami perkembangan yang
semakin luas, seolah-olah terlepas dari aliran pokoknya yang murni, meskipun
masih tetap dalam rumpun aliran idealisme.
Sempalan (cabang) Idealisme ini
misalnya berupa aliran paham Spiritualisme (serba roh), Panpsychisme (segala
sesuatu berasal darijiwa), dan Rationalisme (ratio/akal yang dapat
menemukan kebenaran hakiki). Masing-masing aliran filsafat tersebut mempunyai
ciri-cirinya sendiri. Pengertian tentang realita (kebenaran sejati) di alam ini,
menurut idealisme pada abad pertengahan dan abad selanjutnya, adalah sebagai
suatu kekuatan yang memiliki corak dan sifat yang kongruen (sesuai)
dengan jiwa. Jadi, “jiwa” dipandang sebagai realita, karena menurut Idealisme,
“jiwa” diberi arti sebagai berikut ;
a. Suatu kekuatan yang ada di
dalam diri manusia yang mampu mendorong timbulnya kebudayaan serta dapat
meresapinya. Jadi, jiwa dapat melahirkan dirinya dalam bentuk-bentuk
kebudayaan.
b. Dengan demikian, jiwa juga
diartikan sebagai suatu kekuatan yang dapat diobjektifkan (dinyatakan) dalam
bentuk kebudayaan itu. Dengan kata lain, kebudayaan adalah jiwa yang
diobjektifkan. Jiwa yang diobjektifkan itu akhirnya meluas pengaruhnya kepada
pembentukan jiwa bangsa (folk geist).
Dengan demikian,jelaslah
prinsip yang dipegang oleh Idealisme dari zaman ke zaman adalah faktor kejiwaan
lebih diutamakan daripada faktor kebendaan atau kejasmaniahan, karena jiwa
merupakan sumber sebab timbulnya realita yang dapat diamati pancaindra.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa semua kenyataan itu senantiasa kongruen
dengan alam ide, yaitu suatu alam kejiwaan. Kejiwaan yang dapat menentukan
realita ini, oleh Aristoteles disebut dengan entelichie, yaitu suatu
kekuatan rohaniah yang bekerja dari dalam dan bersemayam di dalam segala
kenyataan itu.
Beberapa ahli pikir setelah
abad pertengahan seperti Rene Descartes dan Benedjcte de Spinoza (filosof
Yahudi) serta Al-Farabi, Al-Kindi, dan sejumlah filosof Islam lainnya banyak
terpengaruh oleh aliran filsafat Idealisme di atas. Sehingga timbullah
pandangan yang bercorak khusus mengenai masalah kemampuan pokok dan kejiwaan
manusia; dan di antaranya ada yang lebih mementingkan akal/rasio, ada pula yang
lebih mementingkan spirit (roh) dan sebagainya
Islam memberikan
prinsip-prinsip pandangan bahwa alam nyata ini adalah ciptaan Allah SWT. yang
harus dikelola dan dipelajari oleh manusia (sebagai hamba-Nya) melalui
kemampuan berpikir dan lain-lain kemampuan kejiwaannya. Sedang manusia sendiri
adalah makhluk-Nya yang terbentuk dari kenyataan rohaniah (kejiwaan) dan
kenyataan jasmaniah untuk melaksanakan tugas hidupnya sebagai hamba Allah,
dengan melalui ikhtiar membentuk kehidupan duniawi dan ukhrawi yang bahagia
sejahtera menurut petunjuk-Nya. Jadi, kenyataan hidup manusia dan alam nyata ini
merupakan perpaduan antara pola-pola hubungan dari kekuatan rohaniah dan
jasmaniah yang berkeseimbangan dan serasi yang berarah tujuan. Pancaindra
manusia merupakan alat kelengkapan yang dapat membuka kenyataan alam sebagai
sumber pengetahuannya yang memungkinkan dirinya untuk menemukan hakikat
kebenaran yang diajarkan oleh agamanya, atau oleh Tuhannya.
Pancaindra manusia adalah
pintu gerbang dari pengetahuan yang makin berkembang. Oleh karenanya, Tuhan
mewajibkan pancaindra manusia untuk digunakan menggali pengetahuan.
wur
ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9
¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ)
yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur
y#xsàÿø9$#ur @ä.
y7Í´¯»s9'ré&
tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu
tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Ayat yang bersifat motivatif
dan persuasif kepada manusia untuk menggunakan kemampuan kejiwaan dan
pancaindranya dalam menggali ilmu pengetahuan tidak kurang dan 300 kali disebut
dalam Al Quran. Semua itu menjadi dasar pandangan yang ada, misalnya pandangan
epistimologi. Islam berpendirian bahwa kemampuan belajar manusia pertama-tama
berkembang dari pengamatan pancaindra, kemudian diolah oleh kemampuan pikiran
dan ingatannya serta dorongan kemauannya, sehingga menjadi pola-pola
pengetahuan yang kemudian terbentuk menjadi ilmu pengetahuan.
Islam lebih cenderung untuk
menegaskan perpaduan antara kemampuan kejiwaan dan kenyataan materi sebagai
realita merupakan sumbernya proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan
“kebenaran” menurut ukuran proses hidup manusiawi dan bukan Ilahi. Kebenaran
yang hakiki hanyalah Tuhan sendiri, dan kebenaran hakiki inilah yang
menciptakan segala kenyataan alam dan manusiawi dengan diberi mekanisme
hukum-hukumnya sendiri. Bila Ia menghendaki, mekanisme itu bisa diubah menurut
kehendak-Nya.
Pandangan Islam jelas tidak hanya
berbeda dengan Idealisme, tetapi juga berbeda dengan pandangan aliran Realisme
yang menyatakan bahwa hakikat kebenaran itu berbeda pada kenyataan alam ini,
bukan pada “ide” atau jiwa serta pada Tuhan. Segala yang diamati oleh
pancaindra adalah suatu kebenaran. Oleh karena itu, dalam proses mencapai
kebenaran, manusia baru memperoleh kemantapan kebenaran bilamana pengetahuan
yang diperoleh telah sesuai benar dengan kenyataan dalam semua benda. Sama
halnya sarjana yang hendak mengetahui benar tidaknya suatu teori, ia harus mengujinya
dalam kenyataan. Islam dalam hubungannya dengan realita sebagai kebenaran,
tidak “menafikan” (menghilangkan) arti dari benda-benda nyata, sebagai suatu
yang bersifat “imajinatif” melainkan sebagai kebenaran “instrumental” untuk
mencapai pengetahuan yang lebih tinggi mutunya secara kualitatif dan normatif.
Bila dikaitkan dengan
pandangan filosofis tentang problem kependidikan yang berusaha membahas tentang
hakikat dan problem tersebut melalui pemikiran yang sistematis, total, radikal
serta universal; maka paham Idealisme dan Realisme tersebut mendasari pandangan
tentang kemungkinan perkembangan manusia dalam pendidikan, yaitu bahwa manusia
di satu pihak, dengan bakat/kemampuan dasarnya yang dibawa sejak lahir mempunyai
sifat yang determinis terhadap pengaruh pendidikan pada khususnya dan pengaruh
lingkungan pada umumnya (paham Idealisme kependidikan). Namun di lain pihak
kemampuan dasar menurut paham Realisme, dalam proses kependidikan yang alami lebih
ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena
empiri (pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Terhadap hubungan ini,
dalam Islam dikenal adanya “fitrah”, yaitu kemampuan dasar beragama yang dalam
perkembangannya bagi seseorang banyak dipengaruhi oleh langkah-langkah
pendidik? Namun hal ini tidak berarti Islam beraliran Realisme atau Empirisme
dalam pendidikan, oleh karena di dalam kemampuan dasar yang disebut frtrah
tersebut benih-benih religiositas manusia tetap berkembang (tidak lenyap karena
pengaruh pendidikan yang nonreligius) walaupun manusia menjadi nonmuslim
sekalipun. Di sinilah letaknya, faktor potensial kejiwaan manusia yang disebut
“insting” (ghorizah) bagaimanapun dipengaruhi dan luar untuk dibentuk
menjadi yang lain ataupun dihapuskan sama sekali, tetap bertahan dalam
eksistensinya. Dalam pandangan Alquran jelas ditunjukkan masalah ini dengan
firman Allah:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pkön=tæ 4 w @Ïö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 Ï9ºs ÚúïÏe$!$# ÞOÍhs)ø9$# ÆÅ3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÌÉÈ
Maka hadapkanlah wajahinu
kepada agama dengan cecara lurus, tetaplah pada fitrah Allah, yang telah
menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada yang dapat mengubah fitrah
Allah, (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
tnengetahuinya.
Berdasarkan penjelasan Al Quran bahwa manusia itu mempunyai sifat ganda :
jiwa dan raga, yang berwujud fisik dan roh.
Adapaun ayat Al Quran tersebut adalah sebagai berikut ;
#sÎ*sù ¼çmçF÷§qy àM÷xÿtRur ÏmÏù `ÏB ÓÇrr (#qãès)sù ¼çms9 tûïÏÉf»y ÇËÒÈ
Maka apabila Aku Telah menyempurnakan
kejadiannya, dan Telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
ôs)s9ur
$oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB
&ûüÏÛ ÇÊËÈ
§NèO
çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR
Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ
¢OèO
$uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ
$uZø)n=ysù sps)n=yèø9$#
ZptóôÒãB
$uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$#
$VJ»sàÏã
$tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO
çm»tRù't±Sr&
$¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$#
ß`|¡ômr&
tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ
* Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.
* Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
* Kemudian air mani itu kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Sebelum berbentuk makhluk jasmani, manusia itu telah mengikat janji akan
mengakui Allah saja sebagai Tuhannya sebagai mana firman Allah swt.
øÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB
ûÓÍ_t/ tPy#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJÍhè öNèdypkôr&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r&
öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s%
4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã
#x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini
(keesaan Tuhan)",
Dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam, Dra. Zuhairini dkk. Mengatakan bahwa : Manusia, jika ditinjau
dari segi biologis, maka sebenarnya ada segi-segi persamaan dengan binatang,
bahkan manusia dimasukkan dalam golongan binatang yang menyusui. Karena manusia
juga mempunyai sifat-sifat biologis seperti yang dimiliki oleh binatang antara
lain membutuhkan makan, udara, mengembangkan jenis dan lain-lain. Namun di
samping itu, manusia, mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakan dengan
binatang, yakni manusia memiliki berbagai macam potensi atau kemampuan dasar
(fitrah) yang telah dibawa semenjak lahirnya, seperti kemampuan untuk berpikir,
berkreasi, beragama, beradaptasi dengan lingkungannya dan lain sebagainya.
Dengan adanya berbagai macam kemampuan dasar tersebut, maka manusia dalam hidup
dan kehidupannya tidak hanya berdasar pada instink atau naluri saja seperti
halnya binatang, tetapi juga berdasarkan dorongan dari berbagai potensi yang
dimilikinya.
Untuk mengembangkan
potensi/kemampuan dasar, maka manusia membutuhkan adanya bantuan dari orang
lain untuk membimbing, mendorong dan mengarahkan agar berbagai potensi tersebut
dapat bertumbuh dan berkembang secara wajar dan secara optimal, sehingga kelak
hidupnya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Dengan begitu mereka akan dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.
E. Metode Penelitian
Bentuk-penelitian
serta klasifikasi metode penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan
penelitian, jenis data yang dikumpulkan, serta sumber data.
a. Tujuan
penelitian
Dari segi
tujuan penelitian, peneliti bermaksud menggali informasi tentang keadaan proses
belajar mengajar pada SLB yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya. Karena peneliti
belum mengetahui keadaan yang sebenarnya maka jenis penelitian ini tergolong
penelitian exploratif.
b. Sumber
data penelitian
Peneliti
berusahan menggali inforamsi langsung ke lapangan, dalam hal ini adalah SLB
yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya
c. Proses
penelitian
Peneliti
dalam menggambarkan obyek penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang melakukan berbagai bentuk perhitungan terhadap gejala keagamaan.
Dalam hal ini peneliti ingin menghitung seberapa besar ketaatan beragama siswa
SLB yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya
F. Sistematika Pembahasan
Hasil penelitian ini akan ditulis dalam empat bab, masing-masing bab
dibahas dan dikembangkan dalam beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan
tersebut adalah sebagai berikut :
Bab
satu pendahuluan, berisi uraian
tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab
dua menjelaskan keadaan riil,
sasaran atau obyek penelitian, yakni SLB yang berada di Jl. A. Yani 6-8 surabaya
Bab tiga, problematika
PBM Pendidikan Agama Islam pada SLB yang berada di Jl. A. Yani 6-8 surabaya
Bab empat penutup,
kesimpulan serta saran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Drs. U. Uman KH. M.Si. Metodologi Penelitian Agama, Teori dan
Praktik
2. Prof. Dr. H. Abduddin Nata,
MA. Metodologi Studi Islam
4. Lexy, J.
Moleong, MetodologiPenelitian Kwalitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), 9.
5. Prof. H. Muzayyin Arifin,
M.Ed. Filsafat Pendidikan Islam
6. Kemas Badaruddin, M.Ag.
Filsafat Pendidikan Islam
7. Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat
Pendidikan Islam
8. Prof. DR. Imam Suprayogo, Drs.
Tbroni, M.Si. Metodologi Penelitian Social Agama.