Jumat, 01 September 2023

PERADABAN ISLAM DI AFRIKA PART II

 

D. Dinasti al-Muwahidun

Kelahiran dinasti al-Muwahidin ini hampir sama dengan kelahiran dinasti al-Murabitun. Jika al Murabitun lahir sebagai bentuk respon terhadap dekadensi moral para penguasa muluk at tawaif, maka al-Muwahidun lahir sebagai reaksi atas hegemoni intelektual dari aliran Maliki yang ortodoks, kaku, konservatif dan legalistik, sebagai mazhab resmi dinasti al-Murabitun, di samping juga sebagai bentuk protes terpadap kehidupan istana al-Murabitun yang glamor, kurang memiliki kepedulian terhadap nasib rakyatnya.[1] Meskipun demikian, kelahiran dinasti al Muwahidun ini memberikan semangat politik baru bagi komunitas Islam di Spanyol. Dinasti al-Muwahidun tidak mengakui otoritas penguasa Bani Abbasiyyah di Baghdad atas wilayahnya, suatu hal yang bertentangan dengan pemahaman dinasti sebehunnya. Dinasti ini muncul di tengah-tengah meluasnya paham anthropomorfisme (mujassimah) yang dianut oleh dinasti al-Murabitun. Oleh karena itu, gerakan ini bemama al-Muwahidun, yang dapat diartikan. sebagai. kelompok yang menegakkan keesaan Allah (tauhid) dan memustahilkan-Nya dari mempunyai sifat yang sama dengan bentuk manusia secara fisik-biologis.

Gerakan ini pertama kali dipimpin Muhammad bin Tumart yang kemudian dibantu. oleh murid sekaligus panglima perangnya, Abdul Mu'min bin Ali. Ibnu Tumart pertama kali menyebarluaskan propagandanya kepada penduduk di desa-desa padang pasir wilayah dinasti al-Murabitun. Meskipun mendapat simpati dan pengikut yang tidak sedikit, pada masa selanjutnya, dia mendapatkan tantangan atau penolakan dari penguasa dinasti al-Murabitun karena dianggap membahayakan keamanan negara.

Hal inilah yang menyebabkan Ibnu Tumart diusir dari kota Marakesy, ibu kota al­ Murabitun ketika itu, yang selanjutnya lari ke Tinmul.

Meskipun demikian, pengusiran tersebut justeru mempertegas perjuangan Ibnu Tumart untuk melawan dinasti al-Murabitun. Dengan dalih sebagai seseorang yang ma’sum, terjaga dari mengerjakah perbuatan dosa dan masih keturunan Nabi melalui garis keturunan dari raja-raja Idrisiyya yang menguasai Spanyol pada periode sebelumnya, Ibnu Tunmul mendapatkan legitimasi dan para pengikutnya sehingga diangkat menjadi pemimpin mereka. Inilah faktor politis sebagai modal awal untuk memperluas wilayah geografisnya.

Dinasti al-Muwahidun mendapatkan sebagian besar wilayahnya di Spanyol sebagai konsekwensi logis dari ketidakmampuan dinasti al-Murabitun secara politis dalam menghindari disintegrasi geografis, sehingga muncul raja-raja lokal yang berlangsung selama kurang dari tiga tahun. Untuk itu, dinasti ini sebenamya mendapatkan faktor keberuntungan dengan keadaan tersebut sehingga dengan tidak terlalu sulit untuk menguasainya, bahkan Marakesy pun jatuh ke tangan mereka yang selanjutnya dijadikan sebagai ibu kotanya, sebagaimana yang dilakukan oleh dinasti al­ Murabitun sebelunmya. Ibnu Tumart sendiri meninggal dunia tahun 1130 setelah mendengar kekalahan pasukannya ketika melawan pasukan al Murobitun pada perang Buhairah tahun 1129.

Dalam perkembangannya, kota Marakesy menjadi pusat peiadaban Islam dalam bidang ilmu sastra dan seni serta pengayom komunitas Muslim yang akan mempertahankan Islam dari ambisi ekspansi Kristen. Dalam periode inilah lahir teolog terkenal Ibnu Tufail yang mendapatkan mayoritas ilmunya dari gurunya, Ibnu Bajjah dan Ibnu Rusyd, filosof besar Islam yang membela filsafat dari kritikkan tajam yang dilancarkan aI-Ghazali, bahkan ada pengharaman mempelajarinya. Peradaban yang maju tersebut juga didukung oleh sikap beberapa penguasa al-Muwahidun yang menunjukkan antusiasmenya terhadap perkembangan ilmu. Meskipun demikian, dinasti al-Muwahidun ini akhirnya juga tidak mampu memadamkan pemberontakan pada masa Muhammad al-Nasir (1198-1214), penguasa kelima. Aludin al-Gumari mengadakan pemberontakan. Ibnu Ghaniyah, yang sebelumnya dapat dikalahkan penguasa sebelum al-Nasir memberontak kembali. Wilayah Ifriqiyyah (Tunisia) dikuasai kaum pemberontak pada tahun 1203. sehingga berdiri dinasti Hafshiyyah di sana. Alfonso VIII di Castille membuat kebijakan penaikan  pajak terhadap komuntas Muslim di sana, yang hal ini menyebabkan al-Nasir harus memeranginya. Namun perang yang terjadi tahun 1213 tersebut justru dimenangkan pihak Alfonso, suatu kekalahan secara politis bagi umat islam ketika itu yang berimbas pada kemerosotan mental para penguasa selanjutnya. Hal inilh yang  mengharuskan al­ Muwahidun menarik diri dari Spanyol dan mengkonsentrasikan kekuatannya di Afrika Utara.

Ternyata nasib tidak bisa ditoiak, susteru di ibu kota dinasti ini, Marakesy, kaum pemberontak telah menguasai wilayah tersebut, yaitu Bani Marrin. Penguasa al-Muwahidun ketika itu, Abu  Ula Idris al-Wasiq (1266-1269), harus membuat perjanjian dengan kekuatan baru tersebut.  Inilah akhir riwayat dari dinasti al­ Muwadun, setelah al-Wasiq sendiri tewas dibunuh.

Para penguasa dinasti al-Muwahidun dan masa pemerintahannya ;

1. Muhammad bin Twnart aI-Malldi (1121-1130) .

2. Abdul-Mu'min bin Ali (1130-1163)

3. Abu Ya'qub Yusuf(1163-1184)

4. Abu YusufYa'qub ai-Mansur (1184-1198)

5. Muhammad al-Nasir (1198-1214)

6. Abu Ya'qub Yusuf al-Muntasir (1214-1224)

7. Abu Muhammad Walid al-Malkhu (1224)

8. Abu Abdullah Muhammad al-Adil (1224-1227)

9. Abu Ula Idris al-Ma'mun (1227-1232)

10. Abu Muhammad Abdul Wahid al-Rashid (1232-1242)

11. Abu Hasan Ali al-Sa’id (1242-1243)

12. Abu Hafs Umaral-Murtada (1248-1266)

13. Abu Ula Idris al-Wasiq (1266-1269)

 

E. Keruntuhan Kekuatun Islam di Afrika Utara dan Spanyol

Kekuatan Islam di Afrika Utara sering membantu saudaranya di Spanyol, seperti dinasti al-Murabitun dan al-Muwahidun. Hal inilah yang menyebabkan pihak Kristen berambisi balas dendam dengan mengekspansi wilayah tersebut. Hal itu juga didorong oleh kekalahan Kristen Timur dari Turki Utsmani yang telah menguasai Kontantinopel, suatu ancaman serius bagi eksistensi Kristen di Eropa Tengah dan Barat (Roma). Sedangkan di Spanyol, dengan dikuasainya Granada, otomatis kekuatan Islam sudah tidak ada.

Tidak terlalu lama setelah jatuhnya Granada, Ferdinan memberikan dua altematif bagi umat Islam di Spnyol, yaitu (1) tetap tinggal di Spanyol tetapi harus memeluk agama Kristen dan bersedia dibaptis atau (2) bertahan dengan agama Islamnya dan harss keluar dari wilayah itu. Kebijakan inilah yang menjadi puncak hilangnya komunitas Islam di sana. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Islam di Afrika Utara dan Spanyol hilang, di antaranya adalah

1.      Kebangkitan komunitas Kristen yang dimotori oleh perkawinan politis antara Ferdinan-Isabella dengan bantuan dari Perancis, Jerman, Inggris dan Italia. Mereka mengobarkan holy war, perang sucinya. Sedangkan pihak Islam, dengan kehancuran al-Muwahidun dan jatuhnya Granada, penguasa dinasti Mamluk dan Kesultanan Utsmani tidak memberikan bantuan, meskipun relatif lebih kuat.

2.      Loyalitas militer yang menurun. Karena terdiri dari tiga etnis, Arab asli, suku Barbar dan mawalli Eropa, maka mayoritas loyalitas diberikan kepada kelompoknya, tidak kepada pemerintah pusat.

3.      Pergolakan antar suku dan lemahnya para penguasa. Pergolakan tersebut terjadi disebabkan heterogenitas unsur yang membangun dinasti-dinasti Afrika Utara dan Spanyol, sehingga hal ini melahirkan penguasa-penguasa lokal sebagaimana periode muluk at tawaif yang merupakan suatu kemunduran. Sedangkan di pihak lain, para kerabat istana disibukkan dengan pengaturan mekanisme-prosedural pergantian raja (sultan) yang baru dan kurang mempunyai political will terhadap eksistensi dinastinya.

4.      Politik de vide et impera yang dijalankan pihak Kristen. Dengan menawarkan bantuan pasukan kepada penguasa Islam yang sedang perang saudara, pihak Kristen diberikan kemudahan dalam merebut kembali wilayahnya, bahkan tanpa harus berperang terlebih dahulu. Hal ini juga, secara politis, merupakan kekalahan umat Islam dalam mengatasi konflik yang terjadi.

 

Jatuhnya kota-kota Muslim kepada pihak Kristen berarti lenyapnya pusat peradaban, singgasana ilmu pengetahuan dan singgasana para ilmuwan Muslim di wilayah tersebut. Maka semenjak saat itu, kemuraman menyelimuti Afrika Utara dan Spanyol

 

Demikian sedikit makalah ini kami sampaikan semoga menjadi pendorong semangat untuk memperdalam pengetahuan tentang peradaban Islam di Afrika.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Ali, K. Sejarah Islam, Tarikh Pramodern, ter, Ghufron A. Mas’adi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003

Bosworth, C.E. Dinasti Dinasti Islam, ter. Ilyas Hasan, Bandung Mizan, 193

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam, ter. Ghufron A. Mas’adi Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999

Mufrodi, Ali. Kekuasaan Daulah Bani Umaiyah, Murobitun dan Muwahidun di Andalusia. Diktat tidak diterbitkan, Surabaya : Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel, 1996

Umar Lubis, Amani Burhanuddin, Dunia Islam Bagian Barat, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, ed. Abdullah Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve, 2002

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998

Sri Wigati, Makalah seminar kelas, Pasca Sarjana IAIN Surabaya, 2003

 



[1] Ali Mufrodi, 112

Tidak ada komentar:

Posting Komentar