Kamis, 07 April 2022

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PART IV

 2.      Zaman Keemasan

Bila pada masa sebelum ihi umat Islam menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab yang kemudian dilakukan penelitian dengan cermat dan seksama, maka pada zaman itu (keemasan) kaum Muslimin sudah tidak lagi memakai buku-buku Yunani sebagai pedoman (standard). Mereka mulai bergerak dengan kekuatannya sendiri sebagai manifestasi percaya terhadap kemampuan diri sendiri.[1]

Dalam abad keemasan ini kita temukan penulis yang terkemuka dalam lapangan kedokteran bernama ar-Razi. la hidup antara tahun 865 - 925 M. Di dunia Barat ia dikenal dengan sebutan Razes. Ia,adalah murid Hunain Ibnu Ishaq. Sewaktu masih muda ar-Razi hidup sebagai dokter kimia, selanjutnya sebagai guru dokter medicine. Kitab-kitab karangannya tidak kurang dari 200 jilid yang kebanyakan berisi ilmu kedokteran. Salah sebuah karangan ar-Razi yang termasyhur adalah "campak dan cacar" (Smallpox and Measles). Buku ini disalin dalam bahasa Inggris sudah 40 kali cetak. Sebuah bukunya yang masyhur pula ialah aI-Hawi. Buku tersebut merupakan seri ilmu Yunani, Syria dan Arab. Buku ini sangat menarik perhatian istana Kristen Eropa. Raja Charles I dari Anjou memerintahkan agar kitab ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, yang menjadi bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa. Penterjemahan itu dikerjakan tahun 1279 Masehi oleh seorang dokter Siselia bernama Faraj Ibnu SaIim dan Girgenti. Orang-orang Barat ada yang menamakan dokter ini Farragant. Salinan al-Hawi ini dibubuhinya nama yang sesuai dengan keagungan buku itu, yaitu Continent. Di samping ilmu kedokteran, ar-Razi juga menulis ilmu agama Islam, filsafat, matematika, astronomi dan ilmu alam.

Seorang ahli ilmu filsafat dan ahli kedokteran pula ialah Ibnu Sina (Avicenna). pengaruh ilmunya pada peradaban dan kebudayaan Eropa tidaklah terbatas. Buku karangannya :a1-Oanun fit Thib" (Qanun of Medicine) dianggap orang himpunan perbendaharaan ilmu kedokteran. Ilmu ketabiban modern mendapat pelajaran dari Ibnu Sina. Dalam abad kedua belas M,Gerard Cremona menyalin buku Ibnu Sina ke dalam bahasa Latin. Permintaan besar at as buku ini sangat besar selama 100 tahun tidak putus-putusnya. Sampai ke penghujung tahun 1500M., pengaruhh Ibnu Sina terhadap ilmu kedokteran sangat terasa. Bahkan bukunya bukan semata-mata dalam ilmu keaokteran saja, tetapi terbagi atas bagian cabang ilmu seperti agama,methaphysica, astronomi dan lain-lain. Kebanyakan karangannya ditulis dalam bahasa Arab. Hanya sebuah bukunya yang di tulis dalam bahasa Persia. Banyak penulis Barat yang menamakan julukan Bapak Dokter, Raja Obat dan lain sebagainya.

Dalam dunia Islam Ibnu Sina dianggap sebagai Zenith (puncak tertinggi) dalam ilmu kedokteran. Kuburannya di Hamadan dilingkungi berpuluh-puluh kuburan dokfer, Hal ini disebabkan karena orang yang kemudian merasa megah apabila meninggal dunia dimakamkan sejajar atau melingkungi Bapak Dokter Islam besar itu.

Pada waktu diadakan Fair Millenium' ke-100 Ibnu Sina di Teheran tahun 1955 M. ia telah ditetapkan sebagai" Father of Doctors untuk selama-Iamanya.

Pada zaman keemasan ini pula kita kenal seorang ahli filsafat Muslim berdarah Turki. Namanya al-Farabi tahun 951 M. Selain ilmu filsafat ia juga menguasai musik. Karangannya dalam ilmu musik bernama Muqiqie dipandang orang sebuah karangan terpenting dalam ilmu musik. Dua bukunya yang termasyhur ialah" Kunci Ilmu" (Keys of Science) ditulis oleh muridnya bernama Muhammad a1 Khawarizmi tahun 976 M dan sebuah lagi Fihrist a1 u1um (Index of Sciences) dituliskan oleh muridnya bernama Ibnu an-Nadim tahun 988 Masehi.

Dikenal juga di Barat pada masa itu ahli ilmu bernama Abu A1i a1-Hasan Ibnu a1-Haytam (965 M). Orang Eropa menyebutnya dengan A1hazen. la pindah dari Basrah ke Cairo sebagai pegawai negeri pada pemerintahan khalifah al-Hakim dari Bani Fathimiyah semenjak 996 - 1020 M. la juga ahli dalam ilmu mata (optics), cahaya dan warna.

AI-Hazen selalu tetap tinggal dalam kamus ilmu pengeta¬huan, sebab ia telah meninggalkan oleh-oleh pengetahuan yang penting yang tidak dapat dilupakan orang. Orang Eropa menamakan teori Alhazen dengan Alhazen problem, di antara teorinya mengenai sebuah cekung bulat, atau sebuah cekung bundar, dari sebuah kaca berbentuk silinder, atau sebuah cermin tirus, dapat digunakan untuk mencari di mana letak suatu benda. Dari kaca itu dapat diperoleh pengembalian cahaya pada mata yang tertentu letaknya. Buku Alhazen tentang Optics, bukan saja menjadi bahan penyelidikan dan komentar para sarjana Barat, tetapi juga oleh para sarjana Islam. Selain itu juga ia mengarang buku tentang cahaya senja disalin ke dalam bahasa Inggris dengan "On Twilight Phenomena".

Ilmu Yunani tua tidak terlepas dari kritik Alhazen. Buku ilmu mata karangan Euclid dan Ptolomy. Physica karangan Aristoteles tidak terlepas dari kritik Alhazen.

Dalam masa keemasan itu perkembangan dan pertumbuhan hospital maju dengan pesatnya. Dr. Max Mayerhof mengakui, ia mempunyai keterangan yang benar, dapat diuji (authentik information), 34 thesis tentang pendirian hospital itu, oleh Islam. Islam mendirikan hospital dimana-mana, sejak mulai dari Persia sampai Maroko, semenjak Syria Utara sampai Mesir. Di Cairo hospital pertama dirikan oleh ibnu Tulun dalam tahun 872 M. Hospital pertama di Baghdad didirikan atas perintah Harun al-Rasyid dalam abad IX Masehi.

Pada zaman keemsan Islam, orang berilmu, lebih tinggi kedudukannya dan kehormatannya di hati rakyat dari pada raja-raja. Dengan demikian, ini sesuai dengan yang dijanjikan Allah dalam al-Qllran. Pada zaman itu, khalifah dan orang kaya Islam mendirikanmuseum buku sebagai wakaf. Dalam tahun 830 M, khalifah al Makmun mendirikan perpustakaan besar di kota Baghdad. Gedung, perpustakaan dinamakan Bait' el Hikmah, Rumah Bijaksana (The House of Wisdom). Juga di kota Cairo.

Pada masa itu pula masjid dipakai sebagai pusat penyiaran ilmu dan perkembangan kebudayaan. Tinggal di masjid menjadi kebiasaan pada waktu itu. Cara demikian disebut sekolah masjid. Demikianlah simpang siur mahasiswa-mahasiswa India, Spanyol, Asia Kecil, Afrika, Indonesia dan Tiongkok dalam berbagai sekolah masjid di Cairo, Damascus, Teheran dan kota-kota Besar Muslimin.

Berbagai penemuan lainnya juga banyak kita jumpai pada masa itu, terutama dalam masalah pengairan. Sebagai misal, telah ditemukan ilmu menaikkan air dan jam air. Barangkali inilah jam yang pertama yang digunakan oleh umat manusia. Buku Ilmu Teknik tertua dikarang tahun 860 M. Pengarangnya tiga orang yakni Muhammad, Ahmad dan Hasan. Ketiga mereka ini adalah putra Musa lbnul Shabir. Ketiga putra ini adalah ahli matematik ternama. Karangan mereka sekarang dikenal orang Eropa dengan nama Book of Artificies. Dalam buku ini terdapat 100 model konstruksi teknik, dan dua puluh cara dalam praktek.Di samping kemajuan ilmu teknik, tidak ketinggalan pula di bidang ilmu pertanian, mineralogoi, perbatuan, ilmu tentang be si dan baja. Dengan demikian mengakibatkan batu berharga menjadi barang dagangan. Berbagai nama batu dan permata dalam dunia Barat, berasal dari bahasa Arab. Maksud terpenting sarjana Islam pada masa itu mengenal perbatuan, adalah untuk bahan-bahan campuran obat. antomony, alembic, aludel, sal amoniac yang kesemuanya ini merupakan bahan obat-obatan.

Memang, dalam kalangan Islam ada dua nama Jabir yang terkenal. Jarak antara kedua Jabir ini adalah 200 tahun. Jabir yang satu lahir dalam abad ke-8 Masehi, sedangkan Jabir yang kedua lahir pada abad ke-lO Masehi. Orang menduga Jabir yang pertama yang masyhur, padahal kedua Jabir sama-sama masyhur.

Dokter-dokter Islam menuliskan ilmu pharmacology (ilmu pengobatan) dan exicology (ilmu racun) yang lebih baik mutunya daripada buku-buku Yunani. Zaman khalifah al-Hakim, seorang khalifah Fathimiyah, mendirikan sebuah perpustakaan besar dalam tahun 995 M. Rumah itu dinamakan gedung imu. Ketika ulama kolot Mesir berkuasa, mereka tutup gedung itu, karena mereka kuatir orang Islam akan jadi murtad, karena banyak membaca buku. Juga istilah kimia dan lain-lain telah mewarnai benua Eropa. Umpama suatu permata disebutkan oleh orang Eropa bezoar, berasal dari bahasa Persia pad zahr yang berarti penangkal racun. Juga misalnya nama tumbuh-tumbuhan yang semula berasal dari bahasa kafur, menjadi bahasa Eropa camphor, dan masih banyak istilah lagi yang tak terhitung jumlahnya.

Jabir juga memberikan bahasa kimia pada seluruh benua Eropa melalui bahasa Latin. Di antaranya realgar, tutia, alkali,

Dalam abad ke-8 Masehi orang Islam mulai membuat kertas. Pabrik kertas yang besar didirikan tahun 794 Masehi di Baghdad. Orang Islam membawa kertas itu pada mulanya di Tiongkok.

Sebagaimana diuraikan di atas tadi, bahwa pada masa itu ada sekolah masjid. Dalam masa pemerintahan khalifah-khalifah Abbasiyah masjid menjadi gedung perpustakaan, penuh berisi kitab-kitab yang diwakafkan orang.[2] Seorang di antara yang banyak, ahli sejarah yang bernama al-Khatib al-Bagdadi mewasiatkan, supaya kitab-kitabnya diwakafkan. Perpustakaan lain-lain didirikan oleh pembesar negeri atau orang-orang hartawan sebagai pendirian setengah umum, berisi kumpulan tentang filsafat, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Penuntut ilmu dan orang-orang terkemuka, diizinkan menggunakan perpustakaan yang bukan untuk umum sekalipun. Sebelum pertengahan abad X Masehi Mowsil telah mempunyai perpustakaan, didirikan oleh seorang penduduk, yang menyediakan kertas untuk penuntut-penuntut ilmu dengan cuma-cuma. Dalam abad itu juga al Basrah juga mempunyai sebuah perpustakaan, yang didirikannya dan memberi tunjangan kepada ahli-ahli yang bekerja memperluas ilhmnya di situ. Waktu itu juga al-Raiy (Persia) berdiri gedung buku, berisi buku-buku sebanyak beban empat ratus ekor unta, tercatat nama-namanya dalam sepuluh daftar besar-besar. Perpustakaan itu menjadi tempat pertemuan untuk memperkatakan jenis-jenis ilmu pengetahuan. Yakut, tiga tahun lamanya bekerja mengumpulkan catatan untuk karangannya, Kamus ilmu Bumi, dalam perpustakaan di kota Marw dan Chawarizin (Turkistan) tempat ia melarikan diri dalam tahun 1220 M, ketika bangsa Mongol, dikepalai Hulagu Khan, menyerang kerajaan Islam dan membakar perpustakaan-perpustakaan itu menjadi abu.

Cinta akan ilmu memang berurat berakar dalam dada kaum Muslimin pada waktu itu. Ke mana mereka pergi, di situ makmurlah persemaian ilmu dengan suburnya.

Abad kesepuluh masehi adalah zaman keemasan dalam sejarah Spanyol dan Albania. Masa pemerintahan Abdurrahman III dan yang menggantikannya, Hakam II bangsa yang mulanya berpecah belah itu, bersatu menuju kemajuan. Hakam adalah pencinta kitab yang tiada bandingannya. Diutusnya orang-orangnya membeli manuskrip ke mana-mana dan dalam istananya terkumpul 400.000 naskah. Istananya penuh dengan pegawai perpustakaan, tukang salin dan tukang jilid. Kabarnya ia seridiri sudah membaca sebagian besar dari buku-buku itu dan menuliskan catatan di dalamnya. Abdul Faraj, mengarang kitab al Aghani, dihadiahinya 1000 dinar supaya ia dikirimi naskah yang mula-mula keluar dari kit ab al-Aghani yang sedang qitulis pengarang itu, untuk memajukan pengetahuan di kalangan penduduk yang kurang mampul dua puluh tujuh sekolah prodeo ,didirikannya di ibukota kerajaannya dengan tak memungut uang sekolah sesen pun.

Tak perlu disebut lagi bahwa, kemajuan pembukuan semacam itu berjalan bersama-sama dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Kota-kota besar di Spanyol mempunnyi perguruan berisi kumpulan kitab-kitab tentang mantiq, filsafat, astronomi dan ilmu pengetahuan yang dapat dinamakan sekolah tinggi, yang termasyhur di antaranya Sekolah Tinggi,Cordova, Secilla, Malaga dan Granada. Zaman pemerintahan al-Hakam, sekolah tinggi Cordova yang terletak dalam masjid besar itu beroleh nama harum sekali di antara perguruan-perguruan di dunia. Kemasyhuran namanya menarik penuntut-penuntut ilmu Kristen dan Muslimin, bukan hanya dari daerah-daerah di Asbania, tetapi dari sehlruh penjuru Eropa,Afrika dan Asia. Di antara pengajaran di situ termasuk astronomi, hisab dan ketabiban, selain dari pada ilmu agama dan undang-undang.

Sebagai contoh lagi kita sebutkan perpustakaan yang digabungkan dengan perguruan tinggi "Darul Ilm" yang didirikan oleh Perdana Menteri Abu Nasr Sabur bin Ardsyir di Baghdad dalam tahun 338 H, karena banyak dan lengkapnya mendapat pujian dari berbagai penulis sejarah. Di antara yang terdapat di sana tersimpan kira-kira sebanyak 100.000 kitab yang sebagian besar ditulis oleh kaligrafi-kaligrafi Islam yang masyhur pada masa itu. Dengan melihat itu, bila kita bandingkan dengan keadaan kaum Muslimin sekarang, maka jauh tertinggal dan menderita kemunduran.

Tetapi kita tidak putus asa, asal kaum Muslimin paham akan wahyu yang pertama diturunkan, "Baca, bacalah dengan asma Tuhan yang mengajarkan engkau memakai pena, mengajarkan apa yang belum ketahui"



[1] Ibid, hal 97

[2] Ibid hal 101

Senin, 28 Maret 2022

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PARTI III

 

D.     PERIODISASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM

Periode ilmu pengetahuan ini sengaja saya tulis di sini dengan harapan para pembaca yang belum punya bukunya bisa memahami dengan baik, tidak hanya saya nukilkan saja melainkan agak lengkap saya cantumkan.

Dalam bukunya “Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang dihadapi dari masa ke masa” Imam Munawwir membagi periode perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia islam sebagai berikut :

 

1.      Zaman Penerjemahan

Kemajuan di bidang penerjemahan terjadi pada masa pemerintahan al-Makmun (813 - 833 M): Pada masa ini di Baghdad didirikan Sekolah Tinggi Penerjemah yang pertama di dunia, dilengkapi dengan berbagai taman pustaka. Di sinilah orang dapat mengenal Hunain Ibnul Ishaq (809 - 877 M), seorang yang termasyhur dalam ilmu kedokteran dan filsafat. Bahkan buku-buku kedokteran yang sekarang terdapat di berbagai toko buku dengan nama "Materia Medica" adalah berasal dari Hunain. Ia juga sempat menerjemahkan buku Galen dalam lapangan ilmu pengobatan. dan filsafat, sebanyak 109 buah ke dalam bahasa Syria, dan 39 buah ke dalam bahasa Arab. Penulis-penulis Eropa mengakui, bahwa Hunainlah pemberitahu teori Galen dalam berbagai pengetahuan ke dunia Barat. Di samping meringkas dan memberi komentar buah karya Galen, ia juga mengarang sendiri. Buku-buku karangannya dalam bahasa Arab dan Persia banyak dijumpai, misalnya soal-soal pengobatan (Question of Medicine) disusun secara soal jawab. Bukunya yang ternama ialah sepuluh soal tentang mata. Buku ini disusun secara sistematis untuk pelajar-pelajar ilmu opthalmology (ilmu mata). Perkembangan ilmu opthalmology sekarang adalah berkat jasa Hunain. Dokter-dokter mata sekarang sebenarnya harus merasa, bahwa Hunain adalah bapaknya.

Dalam tahun 856 M, Khalifah al-Mutawakkil mendirikan Sekolah Tinggi Penerjemah di Baghdad yang dilengkapi dengan museum buku-buku. Pada masa itu juga kita jumpai nama aI-Kindi yang namanya juga menjulang ke langit dalam ilmu kimia. Seorang penulis Barat bernama Dr. Max Mayerhof memberikan julukan kepadanya "Philosopher of the Arab". Dari hasil buah karyanya berupa karangan disumbangkan untuk dunia ilmu tidak kurang dari 256 jilid. Di antara buku karangannya tidak kurang dari 15 buah yang ditulis khusus untuk meteorologi, ilmu udara, (iklim), ilmu laut, ilmu mata, terutama tentang cahaya, dan dua buah ilmu tentang musik. Jadi di samping sebagai dokter, ia juga termasyhur di bidang musik.[1]

Sungguh sangat disayangkan, bahwa sebagian besar buku karangan al-Kindi telah hilang ketika Baghdad diserang dan dihancurkan oleh angkatan perang Hulagu Khan. Pandid Jawaharlal Nehru mengatakan, "Baghdad pendukung ilmu dunia dahulu, tidak dapat kita bayangkan betapa kebesarannya. Dapat kita bayangkan, Baghdad sekarang ini bila dibandingkan dengan Baghdad lama, tidak ada harganya seujung rambut pun".

Di samping itu ilmu teknik dan seni teknik tumbuh dengan pesatnya di Mesopotamia. Ilmu teori mekanik, juga mengalami yang sama. "Dengan - adanya zaman penerjemahan ini bahasa Arab men gal ami kemajuan yang amat pesat sebagai bahasa ilmu pengetahuan, hal ini disebabkan karena banyak pekerjaan terjemah yang dilakukan dalam istana Khalifah-khalifah Abbasiyah yang pertama, terutama dalam pemerintahan khalifah al-Makmun. Kitab-kitab pengetahuan bahasa Griek, Syria, bahasa Persia Tengah dan kitab-kitab pusaka Hindu, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Di antara yang bekerja menerjemahkan itu juga terdapat orang-orang Kristen dim Yahudi, sedang orang Persia yang sudah memeluk agama Islam, seperti IbnuI aI-Muqaffa' dalam masa pemerintahan al-Mansur, sangat besar jasanya dalam memperbanyak kesusastraan Islam itu. Dengan demikian peradaban Islam yang berasal dari buah usaha ahli pikir dan ilmu pengetahuan dari zaman kuno, ditambah dengan alam pikiran dan teori pengetahuan orang-orang Islam di Persia dan India, menjadi semarak berkembang. Meskipun agama lain termasuk juga kesusatraan itu disebabkan karena kemerdekaan keyakinan yang terdapat pada di antara ahli-ahli dan penerjemah, tetapi hal itu lama-lama dapat dipisahkan dari paham asli agama Islam waktu kemudian.

Peradaban kesusastraan yang tumbuh dengan secara demikian dengan cepat sekali tersiar dalam abad IX itu ke seluruh negara Islam di Timur dan di BaraL Kemajuan dan kelajuan ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab itu tidak saja berkembang dengan semarak dalam istana-istana khalifah di Baghdad dan dalam negeri-negeri yang terdapat di sekelilingnya seperti Kuffah dan Bashrah, tetapi juga dalam istana khalifah dinasti lain-lain, yang tumbuh sebagai jamur ketika itu seperti khalifah-khalifah Umayyah di Cordova Spanyol.39)



[1] Ibid, hal 26

Sabtu, 09 Januari 2021

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Part II

 

Pada zaman Dinasti Umaiyyah, puncak kekuasaan berada di tangan keluarga Marwan, yang digantikan oleh anaknya, Abd al Malik (685-705), ayah para raja. Di bawah kepemimpinan Abd al Malik dan keempat anaknya yaitu Al Walid, Sulaiman, Yazid II, Hisyam, Dinasti Umaiyyah di Damaskus mencapai puncak kekuasaan dan kejayaan. Selama pemerintahan al Walid dan Hisyam, imperium Islam berhasil memperluas wilayah sampai batas-batas yang terjauh, membentang dari pantai Lautan Atlantik dan Pyrenees hingga ke Indus dan perbatasan Cina, perluasan yang hampir tak tertandingi sejak masa klasik, dan hanya dilampaui pada masa modern oleh kerajaan Inggris dan Rusia [1]

Sedangkan zaman Dinasti Abbasiyah, seperti halnya dinasti lain dalam sejarah Islam, mencapai masa kejayaan politik dan intelektual mereka segerah setelah didirikan. Kekhalifahan Bagdad yang didirikan oleh Al Saffah dan Al Manshur mencapai masa keemasannya antara masa khlifah ketiga, al Mahdi, dan khalifah kesembilan, al Watsiq, dan lebih khusus lagi pada masa Harun Al Rasyid dan anakanya, al Makmun.[2]

Zaman keemasan dunia islam ini tergambar jelas bahwa betapa banyaknya ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh kaum muslimin waktu itu, karena pemerintah atau kholifah yang berkuasa pada zaman ini memberikan perhatian yang sangat serius kepada kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada ilmu pengetahuan. Diantara perhatian kholifah dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah dengan didirikannya perpustakan yang sangat besar yang diberi nama “ Baitul Hikam”. Di dalam Baitul Hikam ini berkumpul beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Mereka selalu mendiskusikan berbagai ilmu dari berbagai Negara-negara di luar Negara islam.

Dari “ Baitul Hikam” inilah ilmu-ilmu baru dari hasil penterjemahan naskah-naskah klasik dari berbagai Negara tersedia dengan salinan berbahasa Arab yang sangat mudah di baca dan dipahami oleh setiap orang yang ingin mengembangkan keilmuannya. Diantara naskah-nakah klasik yang berlainan bahasa, ada yang berbahasa yunani, bahasa Persia, bahasa India itu memuat berbagai disiplin ilmu yang berbeda, antara lain ;

1.      Dari India banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu obat-obatan, ilmu hisab, astronomi, musik dan kesusasteraan

2.      dari Persia banyak diterjemahkan buku yang berhubngan dengan ilmu astronomi, hukum, sejarah, musik dan kesusteraan

3.      dari Yunani, banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan filsafat, mantiq, tatanegara dan astronomi

4.      dari Mesir banyak diterjemahkan buku-buku yang berhubungan dengan ilmu kimia dan anatomi

5.      dari Kaldani banyak diterjemahkan buku yang berhubungan dengan ilmu pertanian

Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan dalam bukunya Pemikiran Falsafi dalam Islam menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam tidak lepas dari pengaruh pemerintah, dalam bukunya beliau mengatakan : Gerakan besar-besaran untuk membangun segala bidang ilmu dan falsafat diawali dengan turun tangannya Khalifah Ja’far al-Mansur (khalifah kedua Bani Abbas) yang memerintah pada 136-158 H/754-775 M), dalam bentuk pemberian dana yang besar untuk kegiatan tersebut. Al-Mansur selain besar perhatiannya pada ilmu agama, juga sangat besar perhatiannya pada ilmu-ilmu non-agama. Setelah ia membangun kota Bagdad pada tahun 144 HJ762 M, dan menjadikannya sebagai ibukota negara, ia menarik banyak ulama dan para ahli dan berbagai daerah untuk datang dan menetap di Bag- dad. Ia rangsang usaha pembukuan ilmu-ilmu agama dan penerjemahan buku-buku non-agama ke dalam Bahasa Arab. Gerakan mi diteruskan oleh khalifah-khalifah berikutnya, seperti Al-Mahdi (memerintah pada 158-169 H/775-785 M), Harun al-Rasyid (memerintah pada 170-193 H/786-809 M), dan memuncak hebat pada masa pemerintahan Al-Makmun (198-218 H/8 13-833 M), khalifah yang memperhebat peranan lembaga ilmiah/falsafi “Bait al-Hikmah” di Bagdad, yakni satu lembaga yang dilengkapi dengan observatorium, perpustakaan besar, dan majlis terjemah.

Naskah-naskah ilmu pengetahuan dan falsafat yang tersedia dalam Bahasa Yunani, Siryani, Persia, Sangskerta, dan lain-lain cukup banyak diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Pasukan-pasukan Islam yang menyerang ke daerah lawan, misalnya ke Asia Kecil, diperintahkan agar tidak menghancurkan naskah-naskah yang mereka jumpai, tapi mengirimnya ke Bagdad.[3]

 

 

Yang mempertemukan ilmu Yunani dengan pemeluk Islam adalah bahasa Syria. Dengan perantaraan bahasa inilah maka sekolah-sekolah tinggi Harran dan Junde Shapur menjadi hidup subur.

Perkembangan ilmu pengetahuan, apalagi ilmu kedokteran pada masa itu dapat dikatakan menjulang ke langit, sinar bayangannya menyinari seluruh umat manusia di searitero jagad, baik Timur maupun Barat. Pendek kata eksistensi Islam sebagai ajaran yang "rahmatan lil 'alamien" benar-benar dapat menjadi kenyataan pada waktu itu. Perkembangan demikian terjadi pada masa kekuasaan Abbasiyah (750 - 900 M)[4]

Pada masa kejayaan kekuasaan Islam, khususnya pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah, ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini membawa islam pada masa keemasannya, di mana pada saat yang sama wilayah-wilayah yang jauh di luar kekuasaan Islam masih berada pada masa kegelapan peradaban [5].

Demikian banyaknya ilmu yang sudah diterjemahkan dan ditulis dengan bahasa arab, membuat semangat kaum muslimin untuk meningkatkan keilmuan semakin besar dan selama beratus tahun dunia islam menjadi pemimpin dunia dibidang keilmuan dan selama itu pula dunia islam mengalami zaman keemasan.

Namun sekarang kondisi umat islam tidak seperti zaman itu lagi sehingga zaman keemasan dunia islam itu kini mulai diimpikan banyak kalangan muslimin yang mendorong lahirnya berbagai kelompok pembaharu-pembaharu islam.



[1] Philip K.Hitti, History of the Arabs, Serambi, hal 255.

[2] Ibid hal 369

[3] Pemikiran Falsafi dalam Islam, Prof. Dr. Abdul Azizi Dahlan, hal 22

[4] Kebangkitan Islam, Imam Munawir, hal 95

[5] Ibid, hal 40