Senin, 12 Oktober 2020

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS (SUNNAH) part 1

 

Bab I

PENDAHULUAN

 

 

Ucapan, kepribadian dan perbutan Nabi muhammad saw merupakan pegangan,[1] dan tauladan bagi orang-orang yang senantiasa berharap ridlo Allah.[2] . Selain itu, sejarah perjuangannya pun dijadikan motivasi bagi umat Islam dalam menlanjutkan dakwah menyebarkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Oleh karena itu, siapa saja yang ingin mengetahui keberhasilan perjuangan, karakteristik dan pokok-pokok ajaran Nabi Muhammad saw. maka hal itu dapat dipelajari secara rinci dalam As Sunah An Nabawiyah. [3]

Hadits atau As Sunnah selain sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al Quran, juga berfungsi sebagai sumber sejarah dakwah (perjuangan) Rasulullah saw. Hadits juga mempunyai fungsi penjelas bagi Al Quran, menjelaskan yang global, mengkhususkan yang umum, dan menafsirkan ayat-ayat Al Quran. [4]

Memposisikan hadis secara struktural sebagai sumber ajaran Islam kedua atau secara fungsional sebagai bayan terhadap Al Quran merupakan kaharusan. Karena pada hakekatnya sumber hukum yang didasarkan kepada Al Quran maupun sumber hukum yang didasarkan pada Hadits adalah sama, yaitu sama-sama dari Allah [5]

Hadis diterima sebagai salah satu sumber ajaran islam merupakan suatu keniscayaan dilihat dari ruang lingkup dan jangkauan Al Quran serta keterbatasan manusia dalam memahami petunjuk Al Quran. Al Quran sebagai wahyu menjangkau seluruh masa kehidupan manusia, maka Al Quran hanya bebicara hal-hal tertentu yang dijelaskan secara terinci. Terhadap ayat yang global maknanya dan tidak membumi bahasanya, Nabi Muhammad saw mempunyai tugas untuk menjelaskan dan memerinci tujuannya. Masalah umat dan tantangan yang dihadapi Nabi Muhammad saw yang tidak ditemukan jawabannya dalam Al Quran, Nabi Muhammad saw mendapat legitimasi dari Allah untuk menyelesaikan masalah dan menjawab masalah tersebut dan umat berkewajiban mengikutinya. Kewajiban mengikutinya tersebut merupakan amanat Al Quran sebagaimana yang disebutkan dalam

QS; Al Hasyr : 7

!$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4

QS. Ali Imron : 32

ö@è% (#qãèÏÛr& ©!$# š^qߧ9$#ur ( bÎ*sù (#öq©9uqs? ¨bÎ*sù ©!$# Ÿw =Ïtä tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÌËÈ

QS : An Nisa’ : 80.

`¨B ÆìÏÜムtAqߧ9$# ôs)sù tí$sÛr& ©!$# ( `tBur 4¯<uqs? !$yJsù y7»oYù=yör& öNÎgøŠn=tæ $ZàŠÏÿym ÇÑÉÈ

                             

Dengan demikian kedudukan dan fungsi As Sunnah sebagai sumber hukum Islam adalah menjadi kesepakatan hampir seluruh ulama dan umat Islam.

 

 

 

 

Bab II

PENGERTIAN HADITS (SUNNAH), KHOBAR, ATSAR

 

Hadis menurut bahasa artinya baru. Hadits juga berarti sesuatu yang dibicarakan dan dinukil. Adapun Hadits menurut istilah ahli hadits adalah : apa yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya. [6]

Sedangkan menurut ahli ushul fiqih, hadits adalah perkataan, perbuatan, dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah saw setelah kenabian.[7]

Sedangkan Drs. Fatchur Rahman membagi pengertian hadits menjadi dua bagian.[8]

A.          Ta’rif Al Hadits yang terbatas, sebagaimana dikemukakan oleh jumhurul Muhadditsin ialah ”sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) dan yang sebagainya.

Dari Ta’rif ini terdapat empat macam unsur, yakni perkataan, perbuatan, pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw yang lain, yang semuanya hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk hal-hal yang disandarkan kepada shahabat dan tidak pula kepada tabi’iy.

Pemberitaan terhadap hal-hal tersebut yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw disebut berita marfu’, yang disandarkan kepada shahabat disebut berita mauquf, dan yang disandarkan kepada tabi’iy disebut maqthu’.

 

1.            Perkataan

Yang dimaksud dengan perkataan Nabi Muhammad saw ialah perkataan yang pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang, seperti bidang hukum, akhlaq, aqidah, pendidikan dan sebagainya.

2.      Perbuatan

Perbuatan Nabi Muhammad saw merupakan penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syari’at yang belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya cara bersembahyang dan cara menghadap qiblat dalam sembahyang sunnat di atas kendaraan yang sedang berjalan, telah dipraktikkan oleh Nabi dengan perbuatan beliau di hadapan para shahabat.

3.      Taqrir

         Arti taqrir Nabi, ialah keadaan beliau mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan shahabat di hadapan beliau. Contoh taqrir Nabi tentang perbuatan shahabat yang dilakukan di hadapannya, ialah tindakan salah seorang shahabat yang bernama Khalid bin Walid, dalam salah satu jamuan makan, menyajikan masakan daging biawak dan mempersilahkan kepada Nabi untuk menikmatinya bersama para undangan. Beliau menjawab ” tidak (maaf) berhubung binatang ini tidak terdapat di kampung kaumku, aku jijik padanya. Kata Khalid, segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasulullah saw melihat kepadaku.

4.            Sifat-sifat, keadaan-keadaan, dan himmah (hasrat) Rasulullah saw

Sifat-sifat beliau yang dilukiskan oleh para shahabat dan ahli tarikh, seperti sifat-sifat dan bentuk jasmaniyah beliau dilukiskan oleh shahabat Anas. Silsilah, nama-nama dan tahun kelahiran yang telah ditetapkan oleh para shahabat dan ahli tarikh. Himmah (hasarat) beliau yang belum sempat direalisir, misalnya hasrat beliau untuk berpuasa pada tanggal 9 Asyura.

 

B.     Ta’rif Hadits yang luas, sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian Muhadditsin, tidak hanya mencakup sesuatu yang dmarfu’kan kepada Nabi Muhammad saw saja, tetapi juga perkataan, perbuatan dan taqrir yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’iy pun disebut Al Hadits. Dengan demikian Al hadits menurut ta’rif ini, meliputi segala berita yang marfu’, mauquf dan maqthu’.

 

Khobar menurut bahasa adalah berita, bentuk jamaknya akhbar. Sedangkan menurut istilah, terdapat perbedaan pendapat :

1.      Ada yang mengatakan bahwa khabar itu sama dengan hadits

2.      Ada pula yang berpendapat bahwa hadits adalah segala yang datang dari Nabi, sedang khabar adalah yang datang dari selain Nabi, seperti shahabat atau tabi’iy

3.      Ada juga yang berpendapat bahwa khabar lebih umum dari hadits. Kalau hadits segala apa yang datang dari Nabi, sedang khabar adalah yang datang dari Nabi atau dari selain beliau.

        

         Atsar menurut bahasa adalah sisa dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah ada dua pendapat :

1.      Ada yang mengatakan bahwa atsar sama dengan hadits, makna keduanya adalah sama

2.      Ada yang berpendapat bahwa atsar berbeda dengan hadits, yaitu apa yang disandarkan kepada shahabat dan tabi’in, baik berupa ucapan dan perbuatan mereka

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab III

KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADIS (SUNNAH)

 

A.     Kedudukan Hadits (Sunnah) sebagai Hujjah dalam Syariat Islam

Kaum muslimin sepakat bahwa segala ucapan, perbuatan atau taqrir yang bersumber dari Rasulullah tentang masalah syariat atau masalah kepemimpinan dan pengadilan, yang sampai kepada kita dengan sanad yang shahih, menjadi hujjah bagi kaum muslimin, dan sebagai sumber syariat di mana para mujtahid dapat menggali hukum syariat yang berkaitan dengan perbuatan hamba.

Maka sunnah nabawiyah adalah sumber yang kedua dari sumber-sumber hukum agama, dan kedudukannya berada setelah Al Quran, dan wajib diikuti sebagaimana wajibnya mengikuti Al Quran.

Adapun dalam masalah kekuatan hujjah atau argumentasinya, maka kita harus yakin sepenuhya bahwa Al Quran dan Sunnah Nabi kedua-duanya adalah wahyu dari Allah swt.[9]

Dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Hadits (as Sunnah) adalah hujjah, antara lain :

1.      Nash-nash Al Quran : Allah telah memerintahkan untuk mengikuti RasulNya dan menaatinya. Allah berfirman :

QS; Al Hasyr : 7

!$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4

„Dan apa yang telah Rasul berikan kepada kalian maka ambillah dan apa yang telah Rasul larang bagi kalian maka tinggalkanlah.

QS. Ali Imron : 32

ö@è% (#qãèÏÛr& ©!$# š^qߧ9$#ur ( bÎ*sù (#öq©9uqs? ¨bÎ*sù ©!$# Ÿw =Ïtä tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÌËÈ

Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

 

QS : An Nisa’ : 80.

`¨B ÆìÏÜムtAqߧ9$# ôs)sù tí$sÛr& ©!$# ( `tBur 4¯<uqs? !$yJsù y7»oYù=yör& öNÎgøŠn=tæ $ZàŠÏÿym ÇÑÉÈ

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia Telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka

 

QS : An Nisa’ : 59

 

$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ͐öDF{$# óOä3ZÏB ( bÎ*sù ÷Läêôãt»uZs? Îû &äóÓx« çnrŠãsù n<Î) «!$# ÉAqߧ9$#ur bÎ) ÷LäêYä. tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ̍ÅzFy$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur ¸xƒÍrù's? ÇÎÒÈ

 

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

 

QS : An Nur : 63

 

žw (#qè=yèøgrB uä!$tãߊ ÉAqߧ9$# öNà6oY÷t/ Ïä!%tæßx. Nä3ÅÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ 4 ôs% ãNn=÷ètƒ ª!$# šúïÏ%©!$# šcqè=¯=|¡tFtƒ öNä3ZÏB #]Œ#uqÏ9 4 ÍxósuŠù=sù tûïÏ%©!$# tbqàÿÏ9$sƒä ô`tã ÿ¾Ín͐öDr& br& öNåkz:ŠÅÁè? îpuZ÷FÏù ÷rr& öNåkz:ÅÁムë>#xtã íOŠÏ9r& ÇÏÌÈ

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah Telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

 

QS : Al Ahzab : 36

 

$tBur tb%x. 9`ÏB÷sßJÏ9 Ÿwur >puZÏB÷sãB #sŒÎ) Ó|Ós% ª!$# ÿ¼ã&è!qßuur #·øBr& br& tbqä3tƒ ãNßgs9 äouŽzÏƒø:$# ô`ÏB öNÏd̍øBr& 3 `tBur ÄÈ÷ètƒ ©!$# ¼ã&s!qßuur ôs)sù ¨@|Ê Wx»n=|Ê $YZÎ7B ÇÌÏÈ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.

 

 

 

 

 

 

QS : An Nisa’ : 65

 

Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

 

QS : An Nur : 48-50

#sŒÎ)ur (#þqããߊ n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur zNä3ósuŠÏ9 öNæhuZ÷t/ #sŒÎ) ×,ƒÌsù Nåk÷]ÏiB tbqàÊ̍÷èB ÇÍÑÈ bÎ)ur `ä3tƒ ãNçl°; ,ysø9$# (#þqè?ù'tƒ Ïmøs9Î) tûüÏZÏãõãB ÇÍÒÈ Îûr& NÍkÍ5qè=è% íÚt¨B ÇPr& (#þqç/$s?ö$# ÷Pr& šcqèù$sƒs br& y#Ïts ª!$# öNÍköŽn=tã ¼ã&è!qßuur 4 ö@t/ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqßJÎ=»©à9$# ÇÎÉÈ

48.  Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah[1044] dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.

49.  Tetapi jika Keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh.

50.  Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka? Sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim.

[1044]  Maksudnya: dipanggil utnuk bertahkim kepada Kitabullah.

 

Nash-nash tersebut membuktikan secara qath’i bahwa Allah telah mewajibkan untuk menaati Rasul-Nya pada apa yang telah disyariatkan dan bahwa As Sunnah sebagai sumber hukum syariat terhadap para hamba. [10]

 

B.     Fungsi Hadits (Sunnah)

Ditinjau dari segi fungsinya, sunnah mempunyai hubungn yang sangat kuat dan erat sekali dengan Al Quran. Sunnah An Nabawiyah mempunyai fungsi sebagai penafsir Al Quran yang membuka rahasia-rahasia Al Quran dan menjelaskan kehendak-kehendak Allah swt dalam perintah dan hukum-hukumNya. Dan jika ditinjau dari segi dilalahnya terhadap hukum-hukum yang dikandung Al Quran, baik secara global maupun rinci, status sunnah dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu : [11]

1.         Sebagai pengukuh (ta’kid) terhadap ayat-ayat Al Quran

            Sunnah dikaitkan sebagai pengukuh ayat-ayat Al Quran apabila makna yang terkandung di dalamnya cocok dengan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat Al Quran. Nabi bersabda :

uf&^} kîe r;5ã ã:äY kîeäÏfe éfj} êã lã

Sesungguhnya Allah swt memanjangkan kesempatan kepada orang-orang zalim, apabila Allah menghukumnya maka Allah tidak akan melepaskannya.

Hadis tersebut cocok dengan firman Allah swt

šÏ9ºxx.ur ä÷{r& y7În/u !#sŒÎ) xs{r& 3tà)ø9$# }Édur îpuHÍ>»sß 4 ¨bÎ) ÿ¼çnx÷{r& ÒOŠÏ9r& îƒÏx© ÇÊÉËÈ

Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.

 

Hadis yang berfungsi sebagai pengukuh (penta’kid) ayat-ayat Al Quran jumlahnya banyak sekali, seperti hadis-hadis yang menunjukkan atas wajibnya shalat, zakat, haji, amal berbuat baik, memberi maaf, dan sebagainya.

 

2.         Sebagai penjelas terhadap maksud ayat-ayat Al Quran

            Hadis dalam fungsi ini terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ;

 

a.         Menjelaskan ayat-ayat mujmal

Hadis dalam fungsi ini di antaranya ialah hadis yang menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah dan hukum-hukumnya, dari segi praktiknya, syarat, waktu dan tatacaranya, seperti masalah shalat dimana di dalam Al Quran tidak disebutkan secara rinci. Tetapi semua itu dijelaskan oleh sunnah

 

b.         Membatasi lafadz yang masih muthlaq dari ayat-ayat Al Quran

            Hadis yang membatasi kemutlakan lafadz dari ayat Al Quran ini ialah seperti hadis-hadis yang menjelaskan tentang lafadz Al Yad (tangan) yang terdapat dalam ayat Al Quran

 

ä-Í$¡¡9$#ur èps%Í$¡¡9$#ur (#þqãèsÜø%$$sù $yJßgtƒÏ÷ƒr& Lä!#ty_ $yJÎ/ $t7|¡x. Wx»s3tR z`ÏiB «!$# 3 ª!$#ur îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÌÑÈ

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

Bahwa yang dimaksud memotong tangan dalam ayat tersebut adalah tangan kanan dan pemotongannya adalah sampai pergelangan tangan, tidak sampai siku.

 

c.         Mengkhususkan ayat-ayat Al Quran yang bersifat umum

            Hadis dalam kategori ini ialah seperti hadis yang mengkhususkan makna dholim dalam firman Allah swt

tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOs9ur (#þqÝ¡Î6ù=tƒ OßguZ»yJƒÎ) AOù=ÝàÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNßgs9 ß`øBF{$# Nèdur tbrßtGôgB ÇÑËÈ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.

 

Bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut adalah menyekutukan Tuhan. Peristiwanya ialah sewaktu ayat tersebut turun, sebagaian shabat mengira bahwa yang dimaksud zalim pada ayat tersebut ialah zalim dalam arti umum, sehingga dia berucap, siapakah diantara kita yang tidak zalim? Kemudian, Nabi menjawab, ”bukan itu yang dimaksud, tetapi yang dimaksud zalim pada ayat itu ialah menyekutukan Tuhan (syirik).”

 

d.         Menjelaskan makna lafadz yang masih kabur

            Di antaranya ialah seperti hadis yang menjelaskan makna dua lafadz ”Al Khoitu” dalam firman Allah swt

¨@Ïmé& öNà6s9 s's#øs9 ÏQ$uŠÅ_Á9$# ß]sù§9$# 4n<Î) öNä3ͬ!$|¡ÎS 4 £`èd Ó¨$t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó¨$t6Ï9 £`ßg©9 3 zNÎ=tæ ª!$# öNà6¯Rr& óOçGYä. šcqçR$tFøƒrB öNà6|¡àÿRr& z>$tGsù öNä3øn=tæ $xÿtãur öNä3Ytã ( z`»t«ø9$$sù £`èdrçŽÅ³»t/ (#qäótFö/$#ur $tB |=tFŸ2 ª!$# öNä3s9 4 (#qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝøsƒø:$# âÙuö/F{$# z`ÏB ÅÝøsƒø:$# ÏŠuqóF{$# z`ÏB ̍ôfxÿø9$# ( ¢OèO (#qJÏ?r& tP$uÅ_Á9$# n<Î) È@øŠ©9$# 4 Ÿwur  ÆèdrçŽÅ³»t7è? óOçFRr&ur tbqàÿÅ3»tã Îû ÏÉf»|¡yJø9$# 3 y7ù=Ï? ߊrßãn «!$# Ÿxsù $ydqç/tø)s? 3 y7Ï9ºxx. ÚúÎiüt6ムª!$# ¾ÏmÏG»tƒ#uä Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcqà)­Gtƒ ÇÊÑÐÈ

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115] dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

 

Peristiwanya ialah sebagian sahabat ada yang mengira bahwa yang dimaksud benang dalam ayat itu ialah tali yang berwarna hitam dan putih. Kemudian, Nabi saw bersabda, bahwa yang dimaksud ialah terangnya siang dan gelapnya malam

 

3.         Menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al Quran

            Contoh sunnah semacam ini banyak sekali, seperti hadis-hadis yang menetapkan hukum haram mengawini seorang perempuan beserta bibinya, riba fadhal, dan makan daging himar piaraan

 

4.         Menghapus ketentuan hukum dalam Al Quran

            Sebagain ulama ada yang membolehkan sunnah menghapus ketentuan hukum dalam Al Quran, di antaranya ialah seperti hadis :

(<ãqe Ö~Ip v

Tidak boleh berwasiat (memberikan harta peninggalan) kepada ahli waris

 

            Hadis tersebut menghapus ketentuan hukum dalam Al Quran tentang diperbolehkannya wasiat kepada ahli waris, baik kepada kedua orang tua, atau kerabat-kerabat waris lainnya, sebagaimana firman Allah swt.

|=ÏGä. öNä3øn=tæ #sŒÎ) uŽ|Øym ãNä.ytnr& ßNöqyJø9$# bÎ) x8ts? #·Žöyz èp§Ï¹uqø9$# Ç`÷ƒyÏ9ºuqù=Ï9 tûüÎ/tø%F{$#ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ ( $ˆ)ym n?tã tûüÉ)­FßJø9$# ÇÊÑÉÈ

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf[112], (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.



[1] Surat Al Hasyr : 7. Artinya : apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah .

[2] Surat Al Ahzab : 21 Artinya : Telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan Allah

[3] Bustamin, M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadits, Raja Grafindo Jakarta

[4] Ibid

[5] Surat An Najm : 3-4 : Dan tidaklah dia berbicara dari hawa nafsu. Tidaklah dia kecuali sebuah wahyu yang diwahyukan

[6] Syaikh Manna’ Al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadits hal 22

 

[7] Ibid

[8] Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits hal 6

[9] Abduh Zulfidar Akaha, Debat Terbuka  Ahlussunnah versus Inkar Sunnah hal 337

[10] Syaikh Manna’ Al Qaththan, Pengantar Study Ilmu Hadits hal 32

[11] Prof. Dr. Muhammad Alwi Al Maliki, Ilmu Ushul Hadis, hal 9