Senin, 28 Desember 2020

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN Part I

 

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

 

 A.     PENDAHULUAN

 

Kita sebagai muslim dan muslimah tentu sudah mengetahui bahwa agama islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Banyak ayat Al Quran yang secara tersurat maupun tersirat memerintahkan kepada kita umat islam maupun umat manusia secara keseluruhan untuk mencari ilmu pengetahuan. Secara tersurat dalam Al Quran Surat Az Zumar : 9 “ Katakanlah ; apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya (hanya) orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran [1].

Ayat yang mula-mula di wahyukan kepada Muhammad - Rasulullah yang terakhir - adalah perintah membaca, baik membaca tekstual maupun kontekstual terhadap ayat-ayat atau bukti-bukti kebesaran Allah yang terhampar diatas bumi ini. Ayat-ayat yang mula-mula turun kepada Rasul Allah Muhammad saw. tersebut adalah surat Al ‘Alaq ayat 1 – 5 [2], yang artinya sebagai berikut :

1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5.   Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Itulah ayat-ayat yang mula-mula diterima nabi Muhammad saw. ketika sedang berhalwat di gua hira’.

Disini Nabi Muhammad saw. menerima tantangan yang sangat luar biasa besarnya, yang sebelumnya tidak pernah dialami oleh beliau walau sekalipun. Pertama tantangan untuk membaca, padahal menurut sejarah, kita mengetahui bahwa nabi Muhammad saw. adalah orang yang tidak bisa membaca dan menulis atau dalam bahasa agama, beliau itu adalah Nabiyyul Ummiyyu. Kedua tantangan berupa pengetahuan penciptaan manusia itu berasal dari segumpal darah. Pada ayat Al Quran yang lain terdapat pernyataan bahwa ” Ia ciptakan kamu dalam perut ibumu, penciptaan demi penciptaan di dalam tiga kegelapan (QS. Azzumar : 6)[3]

Pernyataan proses penciptaan manusia ini belum pernah muncul sebelumnya, belum ada seorang tokoh yang menyampaikan pernyataan seperti pernyataan Al Quran ini, barulah pada masa-masa berikutnya pernyataan tentang awal mula serta tahapan-tahapan penciptaan manusia ini menjadi bahan penyelidikan ilmu pengetahuan modern. Dari penyelidikan-penyelidikan yang dilalukan para pakar dibidangnya itulah tercetuslah pengakuan yang pada kesimpulannya menyatakan kebenaran tentang pernyataan Al Quran tersebut diatas. Yaitu yang dimaksud tiga kegelapan itu merupakan tiga selaput dalam rahim, yaitu chorion, amnion dan dinding uterus [4])

Begitu juga tentang berita dari Al Quran Surat Al Mu’minun : 12-14 yang artinya :

12.    Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

13.    Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14.    Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

 

Ayat-ayat diatas merupakan awal dari bunyi lonceng yang menggugah umat manusia untuk bangun dan berfikir serta mencari ilmu pengetahuan mulai dari penciptaan dirinya sendiri lalu kepada hal-hal lain yang ada di sekitarnya.

Sebagian besar ulama’ memang sepakat bahwa perintah “Iqra’” yang artinya “Bacalah” adalah perintah untuk membaca Al Quran. Karena didalam Al Quran banyak sekali informasi-informasi yang harus diketahui oleh umat manusia. Informasi itu untuk kepentingan kehidupan manusia secara individual maupun secara keseluruhan umat manusia. Informasi itu untuk kepentingan saat manusia berada di muka bumi ini maupun untuk kepentingan saat di akhirat nanti. Sehingga dengan selalu membaca Al Quran manusia akan selalu mengetahui kandungan isi Al Quran itu, semakin banyak manusia menyediakan waktu untuk mengkaji Al Quran akan semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapatnya dari Al Quran.

Selain ayat-ayat tersebut di atas, Rasulullah adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana yang ditunjukkan dengan semangat beliau untuk mencri ilmu ini dengan sabdanya : “ Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”. Dan juga : “ Ambillah hikmah dari manapun datangnya”. Dan juga : “Agama itu adalah akal, barangsiapa tidak berakal, maka ia tidak bisa beragama”.[5]

Ajaran yang penuh motivasi untuk maju dalam ilmu pengetahuan seperti yang tersebut di atas  menjadi daya penggerak para ahli pikir dan umat muslim pada zamannya.

Di dalam Al Quran memuat banyak garis besar berbagai ilmu pengetahuan antara lain ;

1.            Ilmu Biologi (manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan)

2.            Ilmu Alam (Fisika, Astronomi, Falak)

3.            Ilmu Bumi (Tanah, Tambang, Batu mulia )

4.            Ilmu Sejarah dan lain sebagainya [6]

Secara tersirat perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan disebutkan didalam Al Quran dengan menggunakan kalimat-kalimat antara lain ; Afalaa Ta’qilun, Afalaa Tatadzakkaruun, Afalaa Tatafakkaruun, Afalam Yasiiru fil ardli, Afalaa Yandhuruuna ilal ibili kaifa khuliqot dan lain sebagainya. Sehingga dengan kalimat tantangan tersebut ummat islam terdorong untuk melakukan perenungan-perenungan dan berbagai penyelidikan terkait dengan ayat-ayat Al Quran yang membahas berbagai garis besar ilmu pengetahuan tersebut.

Al Quran sebagai sumber inspirasi dan motivasi, Al Quran selalu memberi ilham kepada umat manusia, kapan dan di mana saja. Dengan kemukjizatan yang dimilikinya, maka Al Quran tidak bisa ditiru, dipalsu oleh siapapun meski dirinya memiliki ilmu sastra beserta seperangkat keahlian ilmu lainnya [7]

Sebagai kitab suci, Al Quran bukanlah berfungsi sebagai “kitab hukum” tetapi sebagai “sumber hukum” juga bukan “kitab ilmu pengetahuan” akan tetapi sebagai “sumber ilmu pengetahuan”. Sebagai sumber ilmu pengetahuan, Al Quran telah memberi motivasi serta mengarahkan manusia agar selalu menggunakan penalaran dalam segala bidang kehidupan, baik peristiwa sejarah, alam semesta, serta segala yang terjadi di sekitarnya. Diperingatkannya agar manusia selalu bersikap kritis dalam menerima ilmu maupun berita, dengan menggunakan penalaran atau pemikiran [8]

 

B.     PENGERTIAN ISLAM

Kata Islam, menurut pandangan umum yang berlaku, biasanya mempunyai konotasi dengan dan diartiakan sebagai agama Allah. Agama artinya jalan [9] Agama Allah berarti jalan Allah, yaitu jalan menuju kepada Nya dan bersumber dari padaNya.

Secara etimologis, kata Islam memang memiliki banyak pengertian, antara lain :

1.            menyelamatkan diri, taat, patuh dan tunduk (aslama – yuslimu )

2.            selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat (salima)

3.            damai, aman dan tentram ( salam )

Dengan demikian, kalau dirangkumkan pengertian islam tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut : menempuh jalan keselamatan, dengan jalan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan melaksanakan dengan penuh kepatuhan dan ketaatan akan segala ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan yang ditetapkan olehNya untuk mencapai kesejahteraan dan kesentosaan hidup dengan penuh keamanan dan kedamaian. [10]

 

C.     PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DALAM DUNIA ISLAM

Dalam sejarah peradaban manusia, dunia islam pernah tercatat sebagai dunia yang pernah mencapai puncak kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, banyak orang menyebutnya sebagai zaman keemasan bagi dunia islam [11]. Yaitu pada masa Dinasti Umaiyyah dan Dinasti Abbasiyah.



[1] Surat Az Zumar : 9 Al Quran Terjemah Departemen Agama RI

[2] Surat Al ‘Alaq : 1-5 Al Quran Terjemah Departemen Agama RI

[3] Al Quran Surat Al ‘Alaq, Terjemah Departemen Agama RI

[4] Frof. Dr. Harun Nasution, Filasafat Agama, bulan bintang hal 18

[5] Filsafat Pendidikan Islam, Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed. hal 10

[6] Al Quran Digital program nonosoft

[7] Kebangkitan Islam, Imam Munawwir, hal 63

[8] Ibid

[9] Anziz Agama Islam, Sidi Gazalba, hal 33

[10] Filsafat Pendidikan Islam, Dra. Zuharini, dkk hal 36

[11] Filsafat ilmu, Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. Edisi Revisi hal 40

Metodologi Penelitian Agama Part III

 

Bentuk-penelitian serta klasifikasi metode penelitian dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, serta sumber data.

 

a.      Tujuan penelitian

Dari segi tujuan penelitian, peneliti bermaksud menggali informasi tentang keadaan proses belajar mengajar pada SLB yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya. Karena peneliti belum mengetahui keadaan yang sebenarnya maka jenis penelitian ini tergolong penelitian exploratif.

 

b.      Sumber data penelitian

Peneliti berusahan menggali inforamsi langsung ke lapangan, dalam hal ini adalah SLB yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya

 

c.      Proses penelitian

Peneliti dalam menggambarkan obyek penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang melakukan berbagai bentuk perhitungan terhadap gejala keagamaan. Dalam hal ini peneliti ingin menghitung seberapa besar ketaatan beragama siswa SLB yang berada Jl. A. Yani 6-8 surabaya

 

F.      Sistematika Pembahasan

 

Hasil penelitian ini akan ditulis dalam empat bab, masing-masing bab dibahas dan dikembangkan dalam beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab satu      pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua       menjelaskan keadaan riil, sasaran atau obyek penelitian, yakni SLB yang berada di Jl. A. Yani 6-8 surabaya

Bab tiga,      problematika PBM Pendidikan Agama Islam pada SLB yang berada di Jl. A. Yani 6-8 surabaya

Bab empat   penutup, kesimpulan serta saran.

 

 

DAFTAR KEPUSTAKAAN

 

 

1.      Drs. U. Uman KH. M.Si.  Metodologi Penelitian Agama, Teori dan Praktik

2.      Prof. Dr. H. Abduddin Nata, MA. Metodologi Studi Islam

3.      Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996), 47.

4.      Lexy, J. Moleong, MetodologiPenelitian Kwalitatif  (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), 9.

5.      Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed. Filsafat Pendidikan Islam

6.      Kemas Badaruddin, M.Ag. Filsafat Pendidikan Islam

7.      Dra. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam

8.      Prof. DR. Imam Suprayogo, Drs. Tbroni, M.Si. Metodologi Penelitian Social Agama.